anonyma

Dia Yang Tak Mau Disebut Namanya





Balik dari kampus pas diangkot saya mikir males pulang ke rumah jam segini, waktu itu jarum jam membidik ke angka 4 pm. Terlalu pagi buat saya mah jam segitu buat balik. setelah singgah sebentar ngambil hardisk external di rumah teman sy lanjut ke sebuah swalayan, namanya Mega Matahari, swalayan ini lumayan banyak penggemarnya, favorit saya juga sebenarnya  coz harganya lumayan murah dibanding swalayan lain, setelah berputar-putar lumayan lama(biasalah namanya juga cewekJ) akhirnya saya memutuskan mengambil Milo dan Crispy dan langsung ke kasir, karena bertepatan dengan tanggal muda terpaksa harus ngantri padahal kasirnya ada 4 tapi ya itu tetap saja kudu ngantri, saya jadi ingat sebuah iklan mengada-ngada di TV yang kira2 berbunyi, Anda menunggu tanggal gajian untuk belanja? Pengeluaran selalu lebih besar dari pemasukan? Blablablablabla yang intinya dia menawarkan solusi supaya bisa “kaya” setiap saat ga hanya tanggal muda saja, hihihiihih…lucu juga tapi memang seperti itu fenomenanya buat orang-orang yang selalu nunggu tanggal gajian, tapi saya pikir mereka masih relieflah dibanding orang lain yang tidak memiliki sesuatu yang harus ditunggu tiap bulannya, klo pekerja mungkin bisa sedikit merasakan “kekayaan” pas tanggal muda meski setelah itu kudu pontang-panting nyari pinjaman pas tanggal renta, tapi yang kerjanya serabutan, makan sehari tiga kali saja untung2an.

Saya jadi ingat kata-kata mama ketika saya masih kecil, beliau pernah bilang jangan selalu melihat ke atas tapi lihatlah ke bawah. Saat ini saya amat sangat mengerti dan berterimakasih dengan kata-kata itu, ketika kita melihat ke atas selalu berhubungan dengan keinginan, ingin punya ini dan ingin punya itu dan namanya keinginan tidak ada pernah ada kata puas padahal yang namanya manusia kebutuhannya terbatas, meski memiliki sepatu selemari tapi tetap saja ketika mengenakannya hanya sepasang. Ga ada tuh yang make sepatu sekaligus 10 pasang, kita kan bukan gurita apalagi kaki seribuJ rasa kurang dan tidak puas selalu ada manakala kita hanya melihat ke atas. Tapi ketika melihat ke bawah akan maka yakinlah kita pasti akan sangat merasa beruntung, merasa lebih dan merasa kaya. Coba bagi kamu2 yang wajahnya biasa2 saja menurut standar industri eksploitasi daging mentah melihat ke Luna Maya atawa Sandra Dewi pasti merasa inferior tapi coba ke kamu jalan2 ke SLB ke kelas anak2 tuna daksa, hehehehse…sadis amat yak perbandingannya Dengan wajah kamu yang biasa2 saja itu kamu akan merasa sangat beruntung.

Jika dikatakan bahwa di dunia ini ada 8 keajaiban dunia maka menurut saya tidak tepat, di dunia ini ada jutaan keajaiban, ketika melihat ke dalam diri sendiri maka akan kita temukan ribuan keajaiban. Rasakan bagaimana jantung ini berdetak memompa darah tanpa kita sadari yang jika rutenya di kalkulasikan akan menempuh jarak puluhan ribu km, kita memiliki mata yang sangat jernih melebihi kamera teknologi tinggi manapun yang diteduhi oleh bulu mata dan alis yang membantu penglihatan dengan akomodasi yang sesuai. Kita memiliki pendengaran yang diatur sedemikian rupa pada 20 Hz hingga 20000 Hz. Apakah kita mau semuanya itu dibeli dengan harga tinggi misalkan 1 trilyun, klo saya sendiri tidak mau, apa enaknya pake organ imitasi, yah meski saya belum pernah mencobanya, semoga tidakJ

Klo kita mau sedikit aja mikir bentuk fisik yang kita miliki adalah ciptaan Tuhan kita ga punya andil di situ, ga bakalan dimintai pertanggungjawaban. Yang justru akan dihisab adalah apakah dengan semua kemurahan hati Allah yang diberikan pada kita telah kita gunakan di jalanNya ato tidak, that’s it, itu klo mau mikir hanya saja lebih banyak yang ga mau mikir lebih nurut sama perasaannya, terlebih lagi dapat dukungan dari iklan, pake krim pemutih ini bakal putih dalam 2 minggu, lah gmn ga putih model yang dipake dah putih memang coba ambil orang papua ato afrika sekalian trus buktiin klo mang bisa memutihkan, semua orang nyadar akan hal ini tapi masalahnya selama 24 jam kita diserang dari semua sisi dengan iklan2 mengada2 ini bikin putihlah, bikin montoklah, bikin langsinglah, awet mudalah dan iklan ini masuk dalam alam bawah sadari kita. Akibatnya orang lebih senang menilai orang lain dari property yang dia miliki, dia ga dinilai lagi sebagaimana seharusnya dia sebagai seorang manusia, manusia tidak lagi dinilai apa adanya tapi ada apanya.

Oh iya kembali ke swalayan tadi, saya masih tetap antri, rame amat siy soalnya, saya H2C juga neh klo mo ke kasir, apa sebab?? Sebabnya adalah nona2 kasir yang baik dan tidak sombong itu suka ngasih permen sebagai ganti koin seratusan dan saya paling mangkel klo dikasi permen, entah ini sebuah kebijakan dari sang pemilik swalayan ato inisiatif si nona kasir tapi ini dah common loh hampir di setiap swalayan, bukannya saya ga suka permen tapi saya lebih memilih koin coz klo dikumpul2 bisa buat ongkos angkot, lah klo permen? Ga mungkin kan bayar angkot pake permen, ato jgn2 kedepannya para sopir angkot niru nona2 kasir, waaa jangan sampe dehh. Pas giliran ibu di depan sy mo dikasih uang kembalian, klo ga salah Rp.3250 beliau hanya dikasi Rp.3000, sisanya yang Rp.250 bener dugaan saya diganti ma Relaxa. Sial! Batin saya dalam hati, saya bakal dikasih permen juga neh keknya, tapi permennya dah abis tuh, aseekkk ga jadi dapat permen, tapi sebentar, wait….. si nona kasir nunduk ke bawah tempat duduknya, mo ngapaian??? Olala…ternyata doi ngambil sebungkus besar relaxa trus dengan entengnya ngasih ke saya sebagai konversi dari koin seratusan.”Mba, ko bisa siy saya dikasi kembalian permen!!!”bentak saya.”Apa mba mau klo tar saya juga bayar pake permen!!!”, “Enak aja mba ini!!! Ini pelecehan terhadap hak asasi pelanggan, apa mba mau saya tuntut!!!” sembur sy berapi-api kek orasi pendukung pasangan yang kalah dalam pilkada. Wah...wahh berani amat ya saya..


Tapi sodara2 kecaman sy ini hanya berani dalam angan,hehe...Pfiuhhh…saya terima juga permen itu penuh dongkol, Arrrghhh!!! Apa si pemilik swalayan mau ketika saya datang belanja ga pake duit bayarnya pake permen aja, harusnya mau yah, mereka aja ngasih kembalian pake permen, hmmm….kapan-kapan saya coba deh….

3 comments:

heheheee......hidup gula gula!
hm..gula gula, sepintas jika kita pikir, ah sudahlah ini kan cuman uang recehan, lagian juga tidak seberapa toh. tapi lain halnya bila kejadian tersebut kita sandarkan pada hukum transaksi dalam islam!, seharusnya pemilik swalayan memperhatikan hal kecil seperti ini.

sekedar share pengalaman. beberapa tahun silam saya pernah bekerja di sebuah perusahaan retail terkemuka yang cabangnya hingga saat ini udah hampir ada di seluruh indonesia. ketika setelah saya selesai meng-entry belajaan seorang ibu yang total belanjaannya Rp. 156.275, dia lalu mengambil uang dari dompetnya 3 lembar uang 50 ribu, 6 lembar uang seribuan dan 2 keping uang seratus, 1 keing uang lima puluh rupiah dan 1 keping uang 25 rupiah! luar biasa, jika anda seorang kasir, pasti hal seperti ini jarang anda temukan, tapi kejadian itu saya alami sendiri. salut buat sang ibu yang telah memberikan pelajaran berharga kepada saya akan pentingnya akad dalam transaksi jual beli

bete juga klo dapat kembalian permen,...klo sopir angkot iyya yang kek gitu juga, jadi penjual permen mi ma ki eh...tapi akhir2 ini keknya dah jarang swalayan yang ngasi kembalian permen, kali aja dah ada regulasi untuk itu, entahlah...

klo saya biasanya saya kembalikan...
bukan sok 'ngasih tips' tapi buat nyndir..
:D

Posting Komentar